Beser=Jawa |
Hati-hati, kendurnya otot-otot dasar
panggul juga bisa mengganggu keharmonisan perkawinan, lo. Misal, istri
mengalami prolapse of uterus atau yang dalam bahasa
sehari-hari sering disebut turun bero atau peranakan turun, yakni masuknya
rahim ke vagina. “Sakitnya jangan ditanya, deh! Untuk berdiri atau berjalan
saja sudah cukup membuat yang bersangkutan merasa tersiksa, apalagi berhubungan
intim,” tutur Dr. Ferryal Loetan, ASC&T, DSRM, MKes. (MMR).
Jadi, praktis hubungan intim akan terganggu karena keduanya sama-sama tersiksa.
Adapun penyebab prolapse, jelas Ferryal, bisa macam-macam. Antara lain
sering berhubungan seksual tanpa pemanasan memadai, sementara penis suami
relatif berukuran besar, atau kerap melahirkan pervaginam.
Bisa dibayangkan, betapa berat kerja otot-otot dasar panggul ini bila sering
dilewati kepala bayi dengan lingkaran rata-rata 34-35 cm! Tak heran jika banyak
suami mengeluh kurang puas lantaran organ vital istrinya dirasa longgar.
SENAM KEGEL
Sebenarnya, tutur
Ferryal, kelenturan otot-otot yang melingkari alat kelamin bisa dijaga, kendati
otot-otot ini merupakan otot polos yang bekerja di luar kesadaran/kehendak
kita. Sama seperti otot-otot lainnya, bila jarang atau malah tak pernah
dilatih, pasti cepat sekali mengalami pengenduran. Sebaliknya, kalau bisa menjaga
kekuatan otot-otot ini sejak awal, tentu tak ada masalah. Ini berarti, mereka
yang kerap melahirkan belum bisa dipastikan berotot kendur, sementara yang
belum pernah punya anak belum tentu lebih kencang.
Untuk menjaga
kelenturan otot-otot dasar panggul, caranya relatif sederhana, kok, yakni lewat
senam Kegel yang bisa dilakukan tiap hari, bahkan kapan saja dan di mana saja.
Sembari mengerjakan tugas di kantor atau sambil masak pun bisa dilakukan.
Setidaknya, saran Ferryal, sempatkan latihan 10-20 kali setiap hari, yaitu
dengan mengerutkan vagina seolah hendak menahan BAK; tahan beberapa saat
sebelum akhirnya dilepaskan kembali.
GETARAN HALUS
Sementara buat mereka yang sudah kadung
longgar juga ada solusinya, yakni dengan Electro
Stimulator. Alat yang menyerupai lap
top dan baru masuk Indonesia 2-3 tahun belakangan ini, bekerja
secara computerized, hingga angka atau grafik yang
ditunjukkan di monitor bisa diandalkan keakuratannya. Itu sebab, berapa
kekuatan otot dasar panggul sewaktu awal terapi, setelah 1-2 kali latihan dan
di akhir latihan, diikuti terus. Bila sudah memadai, terapi tak diperlukan
lagi.
Sesuai namanya,
alat ini memberi stimulasi berupa getaran halus lewat alat khusus yang
dimasukkan ke dalam vagina untuk pasien wanita dan ke dalam anus untuk pria.
Itu sebab, terapi bukan cuma buat wanita, melainkan juga pria. Pada pria,
terang Ferryal, otot-otot dasar panggul yang kuat dan terlatih memberi
keuntungan ganda, yakni membantu menguatkan ereksi sekaligus menahan ejakulasi.
Sementara pada wanita, memberi daya cengkeram lebih baik/kuat. Dengan begitu,
mampu membantu suami istri memperoleh kenikmatan lebih lama.
Meski alat ini bermuatan listrik,
jangan khawatir bakal kesetrum atau
sejenisnya karena energi listrik yang dihasilkan untuk memberi stimulasi pada
otot-otot dasar panggul ini adalah listrik searah/DC berupa getaran-getaran
halus tadi. Jangan pula cemas bakal terkena PMHS (penyakit menular akibat
hubungan seksual) yang diderita pasien lain, karena tiap pasien diwajibkan
memiliki alat khusus yang bentuknya mirip vibrator dan
harus dibawa tiap kali datang terapi di bawah pengawasan dokter/konsultan
seksologi. Harganya, sekitar Rp 15 ribu per unit, sementara untuk sekali terapi
dikenakan tarif antara Rp 50 hingga 75 ribu.
REHABILITASI MEDIK
Seperti pengobatan
atau terapi lainnya, tentu tak cukup hanya sekali datang lalu keluhan hilang
sama sekali. Menurut Ferryal, lama terapi disesuaikan tingkat keparahan keluhan
masing-masing pasien. Ada yang cuma butuh 3 kali terapi, tapi ada pula yang
butuh hingga 7-10 kali, masing-masing berlangsung 15-20 menit.
Dianjurkan,
lakukan terapi 2-3 hari sekali atau 2-3 kali seminggu. Pengaturan jadwal
seperti ini bertujuan agar ada tenggang waktu istirahat. “Mesti ada jeda. Kalau
enggak, otot-otot bisa jebol, dong, dirangsang atau distimulasi terus-terusan!”
Dengan demikian, dalam waktu 2-3 minggu diharapkan sudah memperlihatkan
kemajuan berarti.
Menurut Ferryal,
ide awal pemanfaatan alat yang didatangkan dari negeri Kincir Angin ini,
berasal dari rehabilitasi medik, tepatnya seksual rehabilitasi. Mereka yang
pasca stroke, misal, diterapi dengan alat lain yang sejenis agar otot-otot yang
lumpuh bisa kembali normal, hingga yang bersangkutan bisa menggerakkan tangan
dan kakinya. Dari situlah ia terinspirasi untuk menggalakkan latihan bagi
otot-otot dasar panggul.
Kendati begitu,
Ferryal mengingatkan agar ada sinkronisasi antara terapi ini dengan latihan
Kegel yang dilakukan secara teratur. Jangan sampai tergantung pada alat yang
berarti membutuhkan biaya tinggi, selain sama sekali tak efektif.
0 comments:
Post a Comment